Saturday 6 August 2016

Seoul with Seoulmates! (II)




Tempat-tempat yang dikunjungi: Taman, Tower, hingga Tea House

Hangang Park
Di hari kedua di Seoul, kami berenam mengawali pagi dengan jalan-jalan ke Hangang Park. Pagi itu udara hangat, saya sempat ingin meninggalkan jaket di kamar. Akhirnya jaket tetap saya bawa, suatu keputusan yang tepat karena udara bisa berubah dingin sewaktu-waktu.


Naik turun tangga sudah biasa


Keluar dari stasiun, kami melewati pepohonan dengan dedaunan yang hijau segar. Ah ya, ini masih musim semi. Nampak warung kecil menjual jajanan ringan macam topokki. Kami melewatinya, belum berniat ngemil karena masih kenyang.


Tempat jajan topokki

Pagi berkabut di Han River


Hangang Park terlihat asik untuk jogging ataupun jalan-jalan santai. Kami menikmati Han River yang berkabut dan mengambil banyak foto berlatar belakang salah satu sungai paling lebar di Korea Selatan itu. Oya, saya melihat banyak couple juga yang jalan-jalan di sana. Bikin iri. :’)



Bukchon Hanok Village
Masih di hari pertama, setelah Hangang Park kami pergi ke Bukchon Hanok Village. Desa tradisional ini konon sudah ada sejak abad ke-14. Banyak toko souvenir di pinggir jalanan utama, saya membeli beberapa postcard di salah satu tokonya. Begitu masuk ke jalanan sempit di belakang, kami menemukan banyak tempat makan. Setelah bolak-balik bingung dengan menu pilihan yang tersedia, kami memutuskan untuk makan ramen siang itu di sana.

Mungkin karena rumah-rumah yang didominasi kayu coklat tua, mungkin karena jalanannya yang sempit dengan banyak kelokan, saya merasa seperti di masa lalu ketika melewatinya. Terkadang kami bersisian dengan turis lainnya, seperti mengingatkan saya kalau tempat ini memang salah satu tujuan wisata di Seoul.



 Banyak tempat makan di lorong-lorongnya

Kami sempat berhenti ke dua museum di daerah itu, salah satunya adalah Baek in-je house Museum. Baek in-je house dibangun tahun 1863 oleh Han Sangryong di masa kepemimpinan Kaisar Gojong; kaisar pertama Korea dari Dinasti Joseon. Masuk museum ini gratis, hanya saja kita tidak boleh masuk ke tiap-tiap ruangannya. Ini mungkin dimaksudkan untuk menjaga keasliannya. Kami hanya bisa melongok melalui jendela untuk mengambil gambar. Ada taman kecil di belakang, saya membayangkan pemilik rumah ini dulu pasti suka menghabiskan sore sambil berjalan-jalan melihat-lihat bunga-bunga di tamannya.


 




Namdaemun
Menjelang sore di hari pertama, kami pergi ke Namdaemun Market. Pasar tradisional terbesar di Korea Selatan ini dibangun pada tahun 1964 dan menjual segala jenis barang, mulai dari pernak-pernik souvenir hingga makanan dan baju. Untuk mengakomodasi setiap keinginan dan demi menghemat waktu, kami split menjadi tiga kelompok. Kami janjian untuk kembali ke tempat yang sama di waktu yang telah ditentukan. See, kami memang sangat efisien bahkan untuk urusan remeh begini. 


Namdaemun Market


Saya membeli jajan untuk oleh-oleh, sebagian besar kue berbentuk ikan dengan isi kacang merah. Oya, saya banyak menemukan souvenir khas Ghibli di Namdaemun. Totoro muncul dalam berbagai bentuk: kaos kaki, action figure, sampai gantungan kunci. Kaonashi juga termasuk yang sering saya temukan.


Jajan sore-sore

Karena udara yang semakin dingin, kami membeli jajan pasar topokki dan yangnyeom tongdak (ayam goreng bersaus khas Korea). Topokki-nya enak, tapi saus ayamnya terlalu manis. Dari Namdaemun, kami melanjutkan ke destinasi berikutnya: Myeongdeoung.

Myeongdeoung
Tempat ini adalah surga buat pecinta kosmetik a la Korea. Satu-satunya hal yang membuat saya antusias adalah karena di sana ada outlet Blanc and Eclare milik Jessica Jung. Saya sempat berniat mencarinya namun jadi malas karena sudah pusing duluan melihat begitu banyak outlet kosmetik yang tersebar di Myeongdeoung.

Sementara teman-teman excited dengan segala jenis produk kosmetik di sana, saya hanya punya satu misi untuk menemukan eyeliner titipan teman kantor. Begitu dapat, saya langsung keluar outlet untuk mencari udara segar – yang tak lama, karena gerimis turun dan memaksa saya masuk lagi ke outlet. Melihat gerimis reda, saya keluar lagi dan mulai people watching yang pasti lebih enak kalau dilakukan sambil duduk.


Ada yang jual photopack di stasiun


Myeongdeoung ramai pengunjung


Jalan-jalan dari pagi membuat kaki saya protes minta duduk. Tapi tidak ada kursi taman di sana. Myeongdeoung memang didesain untuk orang yang suka belanja. Orang dipaksa untuk terus berjalan dari satu outlet ke outlet lain. Ada terlalu banyak pilihan; bagi sebagian orang ini adalah sebuah kemewahan tapi bagi sebagian yang lain ini adalah sebuah paradoks: semakin banyak pilihan, semakin membingungkan. 

Itulah kenapa saya senang ketika semua teman sepertinya memutuskan cukup untuk hari itu. Menuju pulang, saya membeli bungeoppang yang setipe dengan taiyaki-nya Jepang. Banyak kedai di tengah jalan – di antara outlet-outlet Myeongdeoung – yang menjual kue manis berbentuk ikan ini. Saya beli kue berisi keju, dan demi apapun, itu adalah bungeoppang paling enak yang pernah saya makan! Sementara di luarnya krispi dan manis, bagian tengah kue ini empuk dengan kombinasi asin keju. Asli enak!



Dari Myeongdeoung kami kembali ke Ittaewon. Malam belum terlalu larut. Pulangnya saya membeli durum kebab untuk makan malam. Sambil menunggu Mbak Nisa yang membeli ayam goreng, saya dan dua teman lain makan kebab sambil memperhatikan mereka yang lalu-lalang. Orang-orang di Ittaewon punya gaya berpakaian yang asik dan cool seperti di drama Korea. Bahkan di malam hari yang dingin ada cewek yang memakai short dress, seperti kebal terhadap dingin. Padahal saya masih kedinginan bahkan dengan jaket dan beanie. Duh! >,<


Seoul N Tower dan Namsan Park
Karena malas naik-turun tangga subway, kami memutuskan untuk naik bis ke Seoul N Tower dan Namsan Park. Hari ketiga ini kami hanya berempat: saya, Mbak Vita, Mbak Nisa, dan Mbak Wina. Mbak Dee sudah pernah ke sana jadi memutuskan untuk jalan ke tempat lain. Sementara itu pagi-pagi sekali Mbak Ranilla sudah ke Incheon. Iya, hari itu dia pulang ke US.

Naik bis ini sebenarnya lebih asik ketimbang naik subway. Kami bisa melihat-lihat suasana kota. Mungkin karena hari Minggu, jalanan jadi terlihat lengang. Tidak ada yang istimewa dari pemandangan di kanan-kiri jalan, kecuali huruf-huruf hangeul pada toko-toko dan papan penunjuk jalan yang seperti mengingatkan kalau saya sedang berada di Korea Selatan. Blue dari BigBang jadi soundtrack perjalanan saya hari itu.

Jalanan semakin menanjak dan berkelak-kelok menuju Namsan Park. Seoul N Tower sudah mulai terlihat dari kejauhan. Kami berhenti random di satu titik dan foto-foto di taman yang hijau dengan udara bersih. Ada pohon sakura di sana namun bunganya yang pink sudah jarang-jarang. Tempat ini enak untuk ngobrol-ngobrol santai sambil duduk di bawah pohon rindang.





Mbak Vita menawarkan opsi naik ke atas menuju Seoul N Tower dengan berjalan kaki yang langsung ditolak mentah-mentah. Jalanan lurus saja mudah membuat kami lelah, apalagi menanjak begitu. Akhirnya kami memutuskan kembali naik bis meskipun jaraknya tak begitu jauh. Sepanjang jalan kami melewati orang-orang yang sengaja hiking ke atas, dan bersyukur kami tak mengambil opsi itu.

Beda dengan taman yang hening dan tenang, Seoul N Tower ramai dengan turis. Sebagian besar turis dari Asia, termasuk sekelompok besar orang Indonesia. Meskipun sudah naik bis, kami tetap harus berjalan kaki karena haltenya tak berhenti di depan tower persis. Untungnya bunga-bunga warna-warni dan pepohonan hijau membuat lelah kami teralihkan. Kami sempat pula berpapasan dengan siswa-siswa sekolah yang rupanya sedang study tour. Entah kenapa justru idol Jepang yang saya ingat.


Sampai di Seoul N Tower, perhatian saya justru jatuh pada warna dedaunan yang kemerahan. Bagus buat foto-foto haha! Kami masuk toko souvenir, foto-foto berlatar Seoul N Tower dengan segala macam gaya, hingga makan udon di salah satu kedainya – tapi kami justru tidak masuk towernya. >,< Antrian yang panjang membuat kami malas. Selain itu, pagi sedang berkabut. Pemandangan di bawah hanya akan tertutup kabut.








Kami menuruni jalan untuk kembali ke halte bis. Dari sana, kami menuju pemberhentian selanjutnya: Dongdaemun.


Dongdaemun
Dongdaemun ini adalah salah satu pusat perbelanjaan di Seoul. Di area ini, nampak pula Sungai Cheonggyecheon yang biasa dibanding-bandingkan dengan sungai di Jakarta. Siang itu nampak ada catwalk berwarna merah di tengah-tengah sungai. Mungkin telah atau akan ada pertunjukan di sana. Teman-teman belanja beberapa item, kebanyakan sih kaos. Sementara itu saya sibuk menulis postcard. Karena tidak suka belanja, tempat ini terasa biasa saja buat saya.


Cheonggyecheon River

Meskipun demikian, Dongdaemun kembali kami kunjungi di hari berikutnya. Ini adalah satu-satunya tempat yang kami kunjungi hingga dua kali. Di kesempatan yang kedua, kami sempat berfoto dengan latar The Heungingjimun gate. Selain ke mallnya, kami juga menikmati Dongdaemun Design Plaza yang futuristik.




Dongdaemun Design Plaza
 
Heungingjimun gate
 
SMTOWN @coexartium
Seperti yang dibilang di awal, saya oke saja dengan semua itinerary yang diusulkan teman, asal mereka memasukkan SMTOWN @coexartium dalam daftar. SMTOWN punya semacam musem di situ untuk menampung segala macam pernak-pernik artis di bawah manajemennya, termasuk Super Junior, SNSD, EXO, f(X), SHINee, Red Velvet, dan lainnya. Saya pernah hampir menjadi seorang SONE dan suka beberapa lagunya Super Junior dan Red Velvet, jadi mengunjungi SMTOWN @coexartium jadi semacam keharusan. Tempat ini sama seperti teater di Akihabara yang wajib dikunjungi wota kalau mereka pergi ke Tokyo.




Kami ke COEX dari Dongdaemun, naik bis. Perjalanan terasa sangat panjang, sampai saya dua kali tanya driver  takut kalau salah jalur. Karena hawa di dalam bis yang dingin dan jarak yang jauh, saya sampai tertidur. Pas sudah bangun pun ternyata masih belum sampai juga. Rasanya lebih dari satu jam kami di dalam bis. Saya merasa agak bersalah ke teman-teman karena ternyata COEX jauh begini.

Kami melewati daerah Gangnam yang katanya populer itu. Tidak ada yang menarik perhatian.  Ketika akhirnya melihat gedung dengan tulisan COEX, saya lega kami tidak nyasar. Kami langsung menuju SMTOWN @coexartium yang berada persis di sebelah COEX Mall. 

Sebelum ke Seoul, saya membayangkan setiap pojok kotanya akan dipenuhi dengan poster, baliho, reklame Super Junior atau SNSD; dimana-mana akan terdengar lagu mereka. Ternyata tidak. Entah kenapa saya punya pikiran seperti itu haha! Poster SNSD yang saya lihat cuma satu, sebagian besar mereka endorse produk sendiri-sendiri seperti Yoona dengan Innisfree-nya. Oleh karena itu, pergi ke SMTOWN @coexartium jadi menyenangkan karena saya bisa berpuas-puas melihat koleksi SNSD.


Disambut monster SHINee



Masuk SMTOWN @coexartium tidak dikenai biaya masuk. Di depan gedung sudah ada karakter imut SHINee dengan tema horror. Ada beberapa lantai di sana: ada toko souvenir, café dengan nuansa SMTOWN, dan teater pertunjukan hologram. Banyak sekali spot-spot lucu dengan berbagai poster idol yang bisa buat latar foto. Di salah satu poster SNSD, ada Jessica bersama delapan member yang lain. She was still there. Saya langsung baper.









Poster yang bikin baper
 

Anyway, pernak-pernik yang dijual mulai dari photopack, jumper, kaos, bantal, lighstick, dan lain-lain. Harganya lebih mahal karena mereka official. Meski awalnya tak berminat membeli apapun, saya beli kipas Yoona juga hanya untuk sekedar pengingat. Saya salut dengan industri hiburan di Korea Selatan. Mereka bisa banget menciptakan tren dan jago menjual tren itu ke pasar!




Teater hologram
 
Achievement unlocked

Seoul Central Mosque
Sehari sebelum balik ke Jakarta, jalan-jalan kami lebih santai. Setelah brunch pizza dan ayam goreng, kami ke Seoul Central Mosque yang merupakan masjid terbesar di Seoul. Tempatnya tak jauh dari tempat kami menginap, sekitar lima belas menit berjalan kaki – yang pasti lebih ringan kalau saja jalanannya tak mendaki.



Sepanjang jalan banyak tempat makan yang menjual makanan halal; toko kosmetik halal pun gampang terlihat. Orang-orang di sekitarnya didominasi wajah-wajah Timur Tengah, Melayu, dan Afrika.

Masjid ini memang terlihat megah. Sayang tempat wudhunya jauh di belakang, jadi PR karena tidak praktis. Bagaimanapun, adanya masjid akbar ini menunjukkan kalau Islam juga ‘ada’ di Seoul. Kami sholat Dhuhur di sana sebelum melanjutkan jalan-jalan ke tempat berikutnya.

Insadong
Di hari keempat, setelah ke Seoul Central Mosque dan ke Dongdaemun (lagi), kami pergi ke Insadong.

 Tempat belanja di Insadong

Ini juga tempat oleh-oleh, tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan. Kami berlima ke Insadong dengan Ellie, teman Mbak Nisa. Dia orang Korea dan tinggal di Seoul. Ellie bilang Insadong lumayan terkenal dengan traditional tea house-nya. Karena ingin mencoba, kami pergi ke salah satu di antaranya.



Air putih sebelum teh


Foto-foto sebelum teh. Ellie yang paling kanan.


Suasana di dalam



Tea house yang kami datangi terlihat tua, pun demikian dengan interior di dalamnya. Namun entah mengapa, saya merasa tenang dengan suasananya yang hening. Menu teh ditulis dalam huruf Korea, beruntung ada Ellie yang menjelaskan. Masing-masing dari kami memilih menu yang berbeda supaya bisa saling nyicip. Teh yang saya pilih adalah omija yang sebut-sebut memiliki lima rasa: manis, asam, pahit, pedas, asin. Ketika saya meminumnya, yang dominan adalah rasa asam dan manis. Segar dan enak!



Yang melayani kami adalah ahjumma, membuat suasana tambah selow. Selain kami, hanya ada dua pengunjung lain. Kami ngobrol dan kadang cekikikan, yang langsung di-sssttt oleh Ellie karena kami harus menjaga hening. Saya senang ngobrol-ngobrol dengan besties di sana, but then I imagined it must be amazing to spend the time there talking – heart to heart – with that one person who means the world to us.

Cerita selanjutnya.

No comments:

Post a Comment