Saturday 20 February 2016

Jalan-jalan Virtual ke Jepang (II)



Tulisan ini adalah visualisasi dari rencana jalan-jalan saya ke Jepang pada awal musim gugur tahun ini. Informasi yang ditampilkan bisa jadi kurang akurat atau tidak valid dan tidak bisa dijadikan acuan. Tulisan ini bisa dibaca untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.

***

Pagi-pagi saya terbangun karena tidur yang tak nyenyak. Mungkin karena posisi tidur yang kaku, mungkin pula karena udara di dalam ruangan yang terasa dingin meskipun saya sudah memakai jaket. Suasana di bandara sudah mulai terasa geliatnya. Saya mencuci muka di shower room dan menunggu hingga 06.30 untuk pergi ke kantor JR Pass menukarkan tiket.

Karena datang awal – terlalu awal malah, JR office buka pukul 07.45 – saya berada di antrian pertama. Antrian di belakang mengular dengan cepat ketika mendekati jam buka kantor. Tak butuh waktu lama buat saya untuk menukarkan voucher dengan tiket; tidak ada setengah jam.

Dengan JR Pass, saya bisa bebas naik kereta apapun yang berada dalam JR line, termasuk shinkansen kecuali Nozomi dan Mizuho. Sekitar pukul 9 pagi, saya sudah naik Hikari dengan tujuan Nagoya. Sebelumnya, saya sarapan dengan roti dan air mineral. Kurang dari tiga jam setelahnya, saya sudah sampai di headquarter SKE48.

Dari Stasiun Nagoya, saya naik kereta lagi ke Stasiun Sakaemaichi. Hanya butuh waktu lima menit. Keluar dari Stasiun Sakaemaichi, saya melangkahkan kaki menuju Sunshine Sakae. Dari jauh, ferris wheel yang jadi ikon Sunshine Sakae menyambut dengan hangat.

Seperti gerakan slow motion, saya terus berjalan menuju pusat perbelanjaan tempat teater SKE48 berada. Semua memori tentang SKE48 muncul secara acak diiringi backsound mulai dari Pareo wa Emerald hingga Bukiyou Taiyou.

Saya setengah mati menahan supaya tidak gugup ketika naik ke lantai dua. I mentally screamed when I see the theater.

This is it.

SKE48. Alasan dari perjalanan ini. Idol group yang punya tempat istimewa buat saya; bahkan lebih dibanding AKB48.

Karena masih siang, teater mungkin belum terlalu ramai. Saya akan mengintip tempat penjualan merchandise; melihat-lihat photopack, gantungan kunci, CD/DVD, kaos, hingga light stick. Ah ya, mungkin juga majalah gravure terlihat mencolok dengan warna-warni musim panas. Mungkin pernak-pernik SKE48 didominasi oleh Sang Ace Matsui Jurina. Mungkin saya masih bisa menemukan Matsui Rena di antara merchandise tersebut; pada cover CD Maenomeri atau pada poster senbatsu Banzai Venus. Ada rasa hangat yang aneh saat melihat Matsui Rena ada di sana. Seolah-olah dia masih ada di Team E; seolah-olah dia belum graduate dari SKE48.

Saya mungkin akan membeli sebuah DVD dan kaos. Dan mungkin light stick yang bisa berubah-ubah warna: hijau, oranye, dan merah.

Dari merchandise shop, saya menuju food court untuk makan siang. Sepanjang jalan, saya mencermati setiap sudut Sunshine Sakae barangkali – barangkali – kebetulan berpapasan dengan member SKE48.

Kalau ada bento, saya akan membeli bento. Kalau tidak ada, udon pun tak apa. Perjalanan dari kemarin menguras energi dan saya butuh asupan karbohidrat dan protein yang banyak.

Saya lihat jam tangan. Sudah pukul 3 sore; sudah bisa untuk check in di hotel. Hotel ini saya pesan sejak delapan bulan sebelumnya. Tempatnya strategis, saya bisa berjalan kaki dari Sunshine Sakae ke hotel. Rating di booking.com bagus; dan yang lebih menyenangkan, saya dapat harga diskon hampir setengahnya.

Tak sulit menuju hotel ini, saya sudah menghapalkan rutenya sejak masih di Jakarta. Selesai dengan urusan administrasi, saya langsung masuk kamar. Lega karena tak perlu menggeret-geret koper lagi. Setelah lebih dari 24 jam tak menyentuh kasur, rasanya menyenangkan bisa tiduran sebentar. Melepas lelah, saya berendam di bathtub dan membayangkan sedang mandi di onshen.

Malamnya, saya akan kembali ke Sunshine Sakae, kini sudah terbiasa. Dan ini adalah bagian paling istimewanya.

Tiga bulan sebelum keberangkatan ke Jepang, saya apply undian tiket untuk menonton pertunjukan teater SKE48. Di Jakarta saya sering menang undian tiket menonton JKT48; seumur-umur baru dua kali saya kalah. Tapi SKE48 lebih sengit dan ketat undiannya.

Kalau saya kalah undian, saya akan tetap ke teater SKE48 di Sunshine Sakae hanya untuk menikmati suasananya.

Bagaimana kalau saya – jika Tuhan mengijinkan – memenangkan tiket tersebut?

Saya akan datang ke teater lebih awal. Mungkin pertunjukan dimulai pukul 7 malam? Dengan segala kebingungan karena tidak bisa bahasa Jepang, saya akhirnya bisa melalui tahap demi tahap – mulai dari menukarkan verifikasi tiket hingga bingo – sampai akhirnya saya masuk ke dalam teater SKE48.

Karena saya termasuk fans super far (istilah untuk fans dari luar Jepang), saya mungkin sudah disediakan row khusus; ketiga dari belakang. Sebagian besar penonton adalah pria berumur 30-an ke atas. Nampak pula beberapa fans perempuan dengan dress musim panas, karena musim gugur belum sepenuhnya dimulai.

Masuk ke teater, perut saya mual karena excited yang berlebihan. Tenggorokan terasa kering. Saya bahkan tak sempat membandingkan tampilan teater SKE48 dengan teater JKT48. Ketika Overture dimulai, ada atmosfer yang berbeda dibanding riuh chant JKT48. Mungkin karena lebih rapi? Atau mungkin juga karena saya mesti menempuh lebih dari tiga ribu mil untuk mendengarkannya secara langsung.

Saya tak yakin dengan tim mana yang akan tampil malam itu. Bisa jadi tim utama, bisa jadi member kenkyuusei. Oh, jika ada yang menanyakan team mana yang paling saya inginkan, tentu saya memilih Team S. Kenapa? Karena ada Matsui Jurina di sana. As simple as that. Atau mungkin team dengan Ishida Anna di dalamnya.

Meskipun begitu, saya pastikan siapapun membernya dan apapun setlist-nya, saya akan tetap suka. Memenangkan undian tiket saja sudah lebih dari cukup buat saya.

Saya pulang ke hotel dua jam sebelum tengah malam. Sebelum tidur, saya rewind momen beberapa jam sebelumnya dan berharap itu terbawa sampai mimpi.

Berlanjut ke tulisan ini.

No comments:

Post a Comment